16 Mei 2009




Puas menikmati keindahan alam, kami bergegas turun gunung karena berencana untuk sampai di Semarang malam ini juga. Setelah berkemas, kami turun melalui jalur Wekas. Jalur Wekas berupa lembah yang berseberangan dengan jalur Cuntel. Sebenarnya tidak disarankan untuk mendaki dan turun gunung melalui jalur lembah karena banyak jalan air. Dikhawatirkan ketika musim hujan tiba, jalan air tersebut akan mengganggu pendakian. Selain itu jalur lembah biasanya adalah jalur binatang untuk mencari mangsa. Selama perjalanan pulang saya melihat jejak kaki binatang. Saya jadi parno, ‘jangan – jangan itu jejak Harimau, waduuh … kalo ketemu bisa gawat nih… ‘ namun perasaan itu saya simpan saja dalam hati. Malu kalo ketahuan teman – teman hehe....

Perjalanan kami terhenti ketika jalan yang kami lewati tertutup pohon tumbang. Rimbunnya daun pohon tersebut menutupi jalan setapak di sekitarnya. Mau tak mau kami harus menyingkirkan daun dan batang pohon tersebut sampai akhirnya kami menemukan jalannya kembali. Ketika saya memperhatikan, ternyata pohon – pohon itu tidak roboh dengan sendirinya, namun ditebang. Siapa lagi orang yang tega menebang pepohonan di hutan ini? Apa tidak tahu kalau sebagian hutan di Merbabu baru saja habis terbakar!

Belum jauh berjalan, kami harus berhenti lagi karena jalan setapak yang kami lalui bercabang dua. Lewat sebelah mana ya? kanan atau kiri. Akhirnya kami memutuskan untuk melalui jalur sebelah kanan, entahlah, hanya mengikuti insting saja. Tak berapa lama, kami bertemu dengan penduduk sekitar, mereka heran kenapa kami melewati jalur pencari kayu. Ooow... ternyata kami kesasar. Kami salah jalur, pantas saja banyak terdapat jejak kaki binatang. Mungkin itu jejak anjing milik para pencari kayu tersebut. Kemudian kami bertanya tentang jalan yang bercabang tadi. Ternyata jalur sebelah kiri tersebut sering membuat orang kesasar. Mereka menambahkan bahwa minggu kemarin baru saja ada orang hilang disana. Waah ... serem juga ...

Sesampainya di desa terakhir, kami masih saja salah jalur karena tiba – tiba jalan yang kami lewati berujung di jalan beraspal. Mana base campnya?  Oalah, base campnya ada di atas sana, beberapa tanjakan dari tempat kami berada. Karena terlalu lelah untuk mendaki kembali ke base camp, kami pun meneruskan langkah kaki menyusuri jalan.

Hari beranjak gelap, kami telah melewati beberapa desa, kuburan serta sawah dan ladang. Tidak ada mobil pick-up atau truk yang bisa dimintai tumpangan menuju ke kota. Padahal kami sudah teramat lelah berjalan. Sampai akhirnya, langkah kaki kami berujung di jalanan besar. Tak lama menunggu, sebuah mobil pick-up berhenti melihat lambaian tangan kami. Alhamdulillah !!! Kami terburu – buru menaiki bagian belakang mobil sampai tidak jelas mendengar penjelasan sang sopir dan temannya. Dan ... Oouww.... apa ini ? ada sesuatu yang lengket di balik jerami yang berserak di bawah sepatu kami. Baunya kok seperti ... AAAhh.... !!!! ini kan TAHII KEBOOoo !!!!!!

Mimik muka kami langsung berubah tidak jelas. Bayangkan saja, kami berenam membawa tas carier seberat rata-rata 10 kg, berdesak – desakan sambil menahan laju mobil dengan berpegangan pada sebuah rangka besi. Dimana, di tempat kami berpijak saat ini–di dasar pick-up yang tidak begitu jelas kami lihat karena gelap, banyak terdapat TAHII KEBOOO !!! ....AAAaahh... !!!! Tidak ada yang lebih kami inginkan selain segera sampai di tujuan. Kami seperti telur di ujung tanduk. Jalan kaki sampai kaki copot atau naik mobil yang bekas mengantarkan sapi – sapi peternakan.

Alhamdulillah, cobaan kami berakhir juga. Mobil tersebut berhenti dan kami segera turun mengucapkan terima kasih. Setelah mobil berlalu, Khusnul melihat seorang lelaki sedang mencuci bus angkudes. Bergegas, kami menghampiri bapak tersebut dan meminta air untuk membersihkan diri. Sepertinya saya sudah membersihkan diri sebersih mungkin, tapi kok rasanya bau “itu” masih saja tercium yaa ?

Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan naik angkudes menuju Pasar Sapi. Namun ternyata kami terlalu malam sampai disana sehingga sudah tidak ada lagi bus kota yang menuju Semarang. Uuhh ... dengan terpaksa kami menghabiskan malam dengan tidur di emperan toko di sekitar Pasar Sapi.

Esoknya, pagi – pagi sekali kami bangun dan naik bus menuju Semarang. Aah.. perjalanan kali ini benar – benar penuh dengan petualangan. Banyak cerita seru untuk dibawa pulang dan dibagikan ke teman – teman. Sampai jumpa lagi Merbabu, semoga di lain hari kami bisa kembali mendaki serta mengabadikan keidahanmu. Agar generasi mendatang bisa menghargai dan merawatmu dari kepunahan. 

 



Tidak ada komentar: