16 Mei 2009



Pagi hari, kami harus turun ke kawah karena persediaan air habis. Bau belerang menyambut kami di dasar kawah. Menurut informasi penduduk, di lokasi itu terdapat mata air. Namun kami harus berhati – hati mengambilnya jika tidak airnya bisa bercampur air belerang dan bisa keracunan. Kami mencari – cari sumber air tersebut diantara lubang-lubang berisi air keabu-abuan yang meletup – letup. Saya sempat heran, masa sih ada mata air tawar di tengah kawah belerang seperti ini? Eh, ternyata beneran ada. Mata airnya ketemu! Ada pralon putih kecil yang sudah diselimuti lumut hijau, menyembul di balik rerimbunan tumbuhan – tumbuhan sekitar kawah. Kami pun mencoba dulu rasa air tersebut, umm… tawar sih tapi kok agak aneh ya. Ragu juga kami meminumnya tapi bagaimana lagi tidak ada pilihan lain, daripada dehidrasi. 

Setelah sarapan pagi, kami berkemas untuk melanjutkan pendakian. Sebelum sampai di puncak Syarif dan Kenteng Songo kami melewati Jembatan Setan. Dinamakan Jembatan Setan karena konon jalan ini sempit sekali, hanya bisa dilewati satu pendaki. Itu pun harus berhati – hati jika tidak, bisa jatuh ke jurang di samping kanan dan kirinya. Tapi sekarang jalan tersebut sudah melebar dan bisa dilewati dua sampai tiga orang sekaligus. Kemudian kami bertemu dengan pertigaan yang terdapat batu besar di tengahnya. Arah kanan ke Puncak Kenteng Songo dan arah kiri ke Puncak Syarif.

Kami terlebih dahulu menuju Puncak Kenteng Songo. Sesampainya disana, kami merayakan dengan sujud syukur dan makan cokelat. Setelah itu, Irfan meninggalkan slayer birunya yang sudah dibubuhi tanda – tangan kami berenam serta beberapa uang receh untuk kenang – kenangan. Satu hal yang tak pernah terlewat ketika kami sampai di puncak gunung adalah menyanyikan mars CATOPALA dan tentunya berfoto ria.

Dari Puncak Kenteng Songo tampak jelas Gunung Merapi yang bertambah ketinggiannya setelah erupsi yang lalu. Tampak juga Gunung Sindoro – Sumbing, Gunung Ungaran dan Bukit Telomoyo. Keindahan gunung – gunung yang berdiri kokoh tersebut beradu dengan langit biru yang dihiasi arak – arakan awan putih serta padang ilalang yang terhampar mengitari puncak, membuat hati selalu bersyukur atas kelimpahan yang diberikan Allah SWT atas bumi Indonesia ini.

bersambung ....

Tidak ada komentar: